Musik

Jumat, 01 April 2016

Misteri Kematian Ibu Tien Soeharto, Benarkah Beliau Tertembak

Sebagian masyarakat Jawa sangat percaya bahwa almarhumah Tien Soeharto memiliki Wahyu (anugerah) istimewa. Siapapun yang bersamanya, kejayaan selalu mengiringi. Keyakinan peninggalan Zaman Pagan (zaman penyembahan dewa) tersebut masih diyakini oleh banyak orang. Terlepas dari benar tidaknya teori tersebut, orang selalu menceritakan begitu berjayanya Soeharto selama bersama istrinya. Lalu, ketika sang istri wafat pada tanggal 28 April 1996, dengan cepat kegemilangan Soeharto dan lingkaran cendana memudar. Kasus demi kasus yang menyangkut keluarga dan kroninya mencuat. Puncaknya, hanya 2 tahun setelah 'wahyu' itu pergi, Soeharto diseret turun dari tahtanya dengan cara yang memalukan. Kemudian satu per satu, anak, cucu, kerabat, dan kroninya bertumbangan dihajar tangan hukum yang selama 30 tahun lebih dibelenggu oleh Orde Baru. 


Diterbitkannya buku 'Pak Harto The Untold Stories' mengingatkan kita sebuah kisah yang menjadi misteri hingga saat ini. Anda mungkin masih ingat kala itu adanya rumor bahwa Ibu Tien tertembak karena Tommy dan Bambang baku tembak. Entah benar atau hanya sekedar hoax.

Kepergiannya yang cukup mendadak akibat (lagi-lagi) serangan jantung, meninggalkan seribu pertanyaan, bahkan mungkin kecurigaan. Sehari sebelumnya, ia masih berjalan-jalan dengan sehat di Taman Mekarsari. Apalagi menurut keterangan RS Harapan Kita, pada 25 Maret 1996, beliau dikatakan tidak memiliki penyakit jantung. Tapi mengenai ini, adik Soeharto Probo Soetejo, memberikan alasan bahwa diagnosis dokterlah yg keliru. "Kalau seandainya ibu dinyatakan tidak sehat, Pak Harto tidak akan pergi mancing." Kekeliruan yang dilakukan pihak dokter adalah tidak menyampaikan peringatan mengenai bahaya adanya gumpalan (thrombus) di vena ibu Tien yang berbahaya jika berjalan lebih dari 25 meter. Hal tersebut akan menyebabkan terlepasnya thrombus yang bisa menyebabkan kematian. Namun, seorang dokter RS Harapan Kita yang pernah memeriksa kondisi ibu Tien, dokter Frans Santoso membantah bahwa ada gumpalan thrombus di vena bekas pasiennya itu.

Di masyarakat sendiri, berkembang teori lain yang mencurigai bahwa kematian itu terjadi tidak secara wajar, bahkan sangat terkait dengan aroma insiden dalam keluarga Cendana. Persaingan bisnis di lingkungan internal Cendana dituding menjadi biang kerok perselisihan keluarga yang berujung pada insiden yg tidak pernah terbayangkan sebelumnya. AROMA PEREBUTAN PROYEK MOBIL NASIONAL TIMOR. Dan siapa yang mengira bahwa Tien ditembak oleh anaknya sendiri yaitu si Bambang “Bos Preman” Triatmodjo .


Awal dari masalah ini adalah akibat kerakusan Soeharto mendirikan proyek Mobil Naas (MOBNAS) yang diberi nama TIMOR hanya khusus kepada Tommy anak kesayangan Soeharto. Sedangkan anak kesayangan Tien, Bambang Triatmodjo tidak diberi fasilitas oleh sang Ayah. Hal ini membuat pertikaian antara Tommy dan Bambang yang membuat kedua terlibat pertengkaran mulut di Sabtu Malam tanggal 27 April 1996 . Pertengkaran itu terjadi di rumah Soeharto di Jalan Cendana No. 6.

Hadir dalam acara pertengkaran tersebut, Soeharto, Tien, Bambang, Tommy dan Sigit. Sedangkan Tutut masih di USA. Awalnya Bambang menyatakan tidak terima atas perlakuan Soeharto yang hanya memberi fasilitas Mobil Nasional hanya kepada Tommy. Padahal selama ini Bambang lah yang lebih berpengalaman dalam bidang perakitan mobil, melalui PT. Bimantara Citra miliknya. Beberapa saat kemudian ketika Bambang emosinya memuncak, Bambang mengeluarkan pistol otomatis yang selalu dibawanya. Seketika itu juga Tommy juga mengeluarkan pistolnya yang membuat keduanya saling baku tembak dan kejar-kejaran dalam ruangan.


Sebagai seorang Ibu, Ny. Tien berusaha mencegah kedua anaknya yang sudah dimabuk Harta dan tidak mengenal lagi rasa persaudaraan. Ketika berusaha mendekati Bambang, secara tak sengaja pistol Bambang meledak dan mengenai tepat di jantung sang Ibu Negara. Maksud Bambang adalah ditembakkan ke Tommy, namun tiba-tiba Ibu Tien mendekatinya sehingga peluru justru bersarang di jantung Ibu Tien. Mendengar suara tembakan, seorang anggota CPM yang bertugas menjaga kediaman Soeharto berusaha mencari tahu ada apa gerangan didalam. Oleh sang menantu, Prabowo, si CPM tersebut langsung ditembak hingga tewas agar tidak bilang ke siapa-siapa. Belakangan keluarga CPM tersebut memperoleh uang tutup mulut sebanyak Rp. 500 juta.




Yang menjadi pertanyaan , jika memang Ibu Tien sakit jantung, kenapa justru dibawa ke RSPAD Gatot Subroto, tidak ke RS Jantung Harapan Kita yang menjadi milik Keluarga Soeharto? Jawabannya, karena jika dibawa ke RS Jantung Harapan Kita, kemungkinan besar rahasianya akan terbongkar. Jika dibawa ke RSPAD Gatot Soebroto, rahasia agak terjamin, mengingat militer mampu menjaga rahasia negara. Lain dengan sipil yang disiplinnya kurang dan cenderung tidak kuat menahan rahasia.

Dalam pemakamannya Ibu Tien , tampak secara tidak sengaja kamera TVRI mengambil gambar Soeharto sedang jatuh. Namun setelah itu langsung diarahkan ke obyek lain oleh sang Kameraman. Belakangan diketahui Soeharto jatuh pingsan, karena syok kehilangan sang istri yang menjadi simbol kekuasaan dan kewibawaannya.

Di samping itu juga ada pemandangan menarik ketika cucu Soeharto yang masih kecil menutup hidupnya di acara pemakaman Ibu Tien tersebut . Belum lagi ketika Probosutedjo berkali-kali menyemprotkan minyak wangi ke ruangan menjelang Ibu Tien dimakamkan. Kedua fenomena diatas semakin menguat dugaan kematian Ibu Tien yang tidak wajar.

Beberapa hari setelah pemakaman Ibu Tien selesai, Soeharto berpidato di Cendana yang intinya sebagai ucapan terima kasih atas semua bantuan yang diberikan. Dalam acara tersebut terlihat anak-anak Soeharto duduk di lantai. Terlihat di antara anak-anak Soeharto, Bambang lah yang paling tertekan. Dia terlihat memeluk guci dengan tatapan yang kosong. 

Bambang dan Tommy memang dikenal sebagai penembak ulung. Mereka bahkan keahliannya mungkin bisa diatas anggota ABRI dalam hal menembak. Bambang pernah menjuarai kejuaraan tembak reaksi, tembak cepat dll. Demikian juga halnya dengan si Tommy. 

0 komentar:

Posting Komentar